PGP-2-Kabupaten Gowa-Muhammad Akbar-Aksi Nyata Paket Modul 3

Nama CGP                 : A2.2. Muhammad Akbar

Modul                        : 3.3.a.10. Aksi Nyata – Pengelolaan Program yang Berdampak

Pada Murid

 

Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

A.     Latar Belakang Aksi Nyata

Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA pada Pendidikan Guru Penggerak khususnya pada Materi dalam modul 3.3.a.10 CGP diberikan kesempatan untuk menjalankan rancangan dalam bentuk aksi nyata terkait Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid. Selama menjalankan Aksi Nyata ini penulis mendokumentasikan proses yang terjadi dalam bentuk foto. Selain itu aksi nyata ini juga ditulis dalam bentuk sebuah artikel yang ditulis menggunakan empat komponen dalam kerangka 4P (4F) yaitu peristiwa (facts), perasaan(feelings), pembelajaran (findings) dan penerapan kedepan (future).

B.     Tujuan

Tujuan dari aksi nyata pada modul 3.3. Pengelolaan Program yang berdampak pada Murid ini yakni CGP dapat mempraktikkan proses pembuatan program yang berdampak pada murid melalui tahapan BAGJA, penerapan rencana Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, dan Pelaporan (MELR) serta manajemen risiko program. 

C.     Rancangan Aksi Nyata

1.       1. Penerapan tahapan BAGJA/5D:



2.  MONITORING, EVALUATION, LEARNING AND REPORTING (MELR)

a.   Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh guru-guru sebagai bentuk tanggung jawabnya dalam pelaksanaan program LITERASI dan sekaligus terlibat langsung mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

b.   Pembelajaran

Pembelajaran (Learning) dalam pelaksanaan program LITERASI ini yakni melalui pelaksanaan kegiatan tersebut mampu mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerjasama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan inovatif, meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan keingintahuan peserta didik serta sebagai wujud peningkatan kompetensi peserta didik.

c.   Pelaporan

Tujuan penyusunan laporan adalah untuk menjadikan informasi yang disampaikan jelas dan mudah dipahami terkait pelaksanaan program LITERASI. Di samping itu juga sebagai bentuk transparansi kegiatan sebagai referensi untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

3.      3. Manajemen Risiko Pada Program

4.     4.  Pelibatan Orang Tua dan Komunitas

Dalam rangka pelibatan orang tua dan komunitas, bentuk–bentuk pelibatan orang tua dan komunitas pada program LITERASI yang dirancang bisa sangat beragam  tergantung pada komunikasi yang dibangun bersama warga sekolah. Misalnya , dengan melibatkan orang tua sebagai kontrol program literasi anak di rumah sehingga bisa memantau perkembangan anaknya; orang tua sebagai sumber belajar yakni adanya kelompok orang tua berbagi hal positif terkait program LITERASI; dan orang tua sebagai pendukung program baik dari segi penyediaan sarana dan prasarana program.


D.     Refleksi Aksi Nyata

Refleksi dari aksi nyata yang dilakukan melalui program LITERASI ditulis menggunakan empat komponen dalam kerangka 4P (4F) yaitu peristiwa (facts), perasaan(feelings), pembelajaran (findings) dan penerapan kedepan (future) sebagai berikut:

Peristiwa (Facts)

Berdasarkan rumusan visi dan misi sekolah yang sudah disusun sebelumnya dimana dicantumkan lulusan yang unggul dalam kompetensi akademik, sehingga rancangan program yang berdampak pada murid yang saya laksanakan yakni terkait program literasi. Literasi itu sendiri sebagaimana dikutip dari KBBI online, memiliki tiga makna; pertama secara sederhana adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua, literasi bermakna pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Ketiga, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Dari makna literasi tersebut nampak bahwa literasi tidak hanya terkait dengan membaca saja. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Unesco mengenai literasi. Unesco menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman.

Tujuan dari program Literasi yang dilaksanakan ini yakni sesuai dengan misi sekolah dalam rangka mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerjasama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan inovatif, meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan keingintahuan peserta didik serta sebagai wujud peningkatan kompetensi peserta didik.

Perasaan (Feelings)

Berdasarkan peristiwa (facts) sebagaimana yang diuraikan di atas, maka selaku CGP saya merasa terdorong untuk menyusun dan melaksanakan sebuah program yang berdampak pada murid sebagai bentuk tanggung jawab dan sekaligus menerapkan materi yang sudah diperoleh dalam pendidikan guru penggerak dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang ada dalam rangka memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya, membangun budaya positif terkait literasi dan sekaligus melibatkan peserta didik secara langsung dalam program yang dilaksanakan. Perasaan lain yang muncul pada saat melaksanakan aksi nyata yakni merasa lebih termotivasi untuk mencari dan mengembangkan ide-ide baru yang memberi ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya.

Pembelajaran (Findings)

Melalui pelaksanaan program literasi, pembelajaran yang dapat diambil yakni bahwa dalam menyusun program yang berdampak pada murid banyak hal yang menjadi pertimbangan diantaranya identifikasi atau pemetaan aset sekolah, penyusunan rancangan program menggunakan tahapan BAGJA, penerapan monitoring dan evaluasi hingga manajemen resiko dimana hal-hal tersebut merupakan rangkaian proses dan pendekatan (alat) dalam rangka terlaksananya program dengan baik. Pembelajaran lain yang diambil yakni bahwa program literasi yang dilaksanakan memberikan warna baru khususnya bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi dan kualitasnya, membangun budaya gemar membaca di sekolah, membangun budaya cinta ilmu pengetahuan dan sebagai ruang untuk meningkatkan kompetensi peserta didik.

Penerapan ke depan (Future)

Dengan mengimplementasikan pengetahuan baru yang didapatkan dalam modul 3.3. Pengelolaan program yang berdampak pada murid ini, khususnya terkait pelaksanaan program literasi di sekolah menggunakan alur dan tahapan sebagaimana yang sudah di uraikan, saya merasa termotivasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari program yang dilaksanakan dan kedepannya saya akan terus berlatih dan belajar menyusun program-program lain yang berdampak pada murid dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang ada dalam menyusun program sekolah.

 

Dokumentasi Aksi Nyata-Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

(Sosialisasi program oleh Kepala Sekolah dan rekan-rekan Guru di sekolah)

  


 

(Literasi Al-Qur’an oleh peserta didik)

 

 


(Literasi media diawal pembelajaran)


E. KESIMPULAN

         Keberhasilan dalam dunia pendidikan khususnya pada program-program sekolah yang berdampak pada murid akan menjadi nyata jika diperkuat dengan adanya sinergi antara pihak sekolah dan masyarakat khususnya orang tua peserta didik dan komunitas yang ada, dengan bentuk keterlibatan dan peran serta dari semua unsur terkait dimana satuan pendidikan sebagai inisiator program di sekolah.








read more

A2.2. Muhammad Akbar - 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi


3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)”, Bob Talbert.

Penulis memulai tulisan ini dari sebuah kutipan oleh Bob Talbert di mana beliau mengatakan bahwa mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap proses pembelajaran merupakan hal yang baik bagi murid akan tetapi prinsip pembelajaran yang paling utama adalah bagaimana seorang pendidik mengerahkan segenap kemampuannya dalam rangka memfasilitasi murid mengembangkan potensi dirinya sebagai hal yang utama. Dalam konteks ini, seorang pendidik harus memainkan perannya sebagai pemimpin pembelajaran bagi murid, menerapkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut dalam suatu pengambilan keputusan dan dapat memberikan dampak positif pada murid sehingga mampu berkontribusi pada proses pembelajaran murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik menjadi pemimpin yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Pemimpin Pembelajaran berarti seorang guru atau pendidik menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru serta komunitas sekolah. Seorang guru atau pendidik diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.

Dalam kaitannya dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional ketika mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922, beliau mencetuskan asas-asas pendidikan yang kerap kita kenal sebagai Patrap Triloka. Patrap Triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia: Ing Ngarso sung Tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani. Umumnya semboyan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”. Setelah lebih dari sembilan dasawarsa, semboyan tersebut masih kontekstual di tengah arus globalisasi dan pendidikan dewasa ini.

Selanjutnya terkait koneksi antar materi pada modul 3.1.a.9. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ketika dihubungkan dengan gagasan dari Ki Hajar Dewantara sebagaimana dijelaskan di atas, memberikan ruang bagi guru dan pendidik untuk menanamkan nilai-nilai pengambilan keputusan yang senantiasa berorientasi pada murid. Misalnya pada kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran pada modul, pengambilan keputusan senantiasa mengacu pada kebutuhan murid dengan menggunakan berbagai teknik pengambilan keputusan misalnya dengan menerapkan empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip resolusi dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam rangka menciptakan wellbeing ekosistem sekolah, pengambilan keputusan yang tepat harus berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi proses perkembangan murid di sekolah.

Konsep dilema etika yang dihadapi dalam rangka pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentu saja senantiasa ada mewarnai proses pengambilan keputusan, kesulitan-kesulitan di lingkungan komunitas menjadikan seorang guru dan pendidik untuk senantiasa bisa merefleksikan pengambilan keputusan dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai kemerdekaan murid. Baik itu kemerdekaan belajarnya maupun hal-hal lain yang mendukung perkembangan potensi murid kita.

Kesimpulan akhir  yang dapat saya ambil dari pembelajaran pada modul 3.1 ini bahwa proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu  keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid di sekolah. Sedangkan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya yakni bahwa pada modul 3.1 ini menjadi sebuah instrumen bagi guru dan pendidik dalam rangka mewujudkan paradigma dan visi guru penggerak sebagaimana yang dipelajari pada modul 1 dan bagaimana menerapkan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana yang dipelajari pada modul 2 pada program pendidikan guru penggerak ini.

 

Daftar Pustaka

Kusuma, Oscarina Dewi dan Siti Luthfah. 2020. Program Pendidikan Guru Penggerak, Paket Modul 3; Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://kelasimpian.com/konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantara/

read more

Artikel Refleksi:

Modul 1.4.a.10.1 Aksi Nyata – Budaya Positif

Oleh: A2.2. Muhammad Akbar


1. Latar Belakang

Dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid, terlebih dahulu harus mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah dengan melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah. Ini memberikan landasan untuk membangun visi bersama bagi komunitas sekolah yang berpusat pada diri murid dan pemberdayaannya. Langkah untuk mendukung pemikiran dasar ini adalah memutuskan pihak yang dapat diajak diskusi mengenai cara bagaimana sekolah dapat membawa visi tersebut menjadi kenyataan. Olehnya itu dalam penerapan rancangan aksi nyata yang saya lakukan saya awali dengan membangun komunikasi dengan seluruh komponen dan stake holders yang ada di sekolah.

Beberapa wacana yang dibangun dalam komunikasi yakni berhubungan dengan visi sekolah yang dikembangkan yang harus mendukung hal-hal yang terkait dengan penciptaan lingkungan belajar yang ramah murid yaitu tempat yang di dalamnya baik murid, pendidik, maupun orang tua merasa dihargai dan didukung; serta tempat yang dapat membuat murid merasa bebas untuk mengekspresikan pandangan mereka dan didorong penuh untuk mencapai potensi yang mereka miliki, pengajaran dan penguatan positif yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling peduli dan menghormati, kebijakan dan strategi untuk mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima yang melibatkan semua pemangku kepentingan yaitu, pendidik, orang tua, murid dan manajemen sekolah. Hal-hal di atas jelas memperlihatkan bahwa untuk membangun budaya positif, keterlibatan guru, murid, manajemen sekolah dan orang tua sangat diperlukan. Semuanya harus bahu membahu dalam membangun budaya positif di sekolah.

2. Deskripsi Aksi Nyata

Dari beberapa aksi nyata yang direncanakan untuk diterapkan dan menjadi budaya positif di sekolah, budaya positif yang paling menonjol diterapkan yakni budaya LISA (Lihat Sampah Ambil), budaya gotong royong - kerja sama, Budaya Literat, 3S (Salam, Senyum, Sapa) serta budaya 4M dalam rangka pencegahan penularan Covid-19. Sedangkan budaya religious dan berakhlak mulia serta budaya Tabe’ sudah merupakan budaya lokal yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari seluruh warga sekolah khususnya peserta didik.

Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan positif di lingkungan sekolah menjadi lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, bersih dan mendukung suasana pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah. Adanya keinginan untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan di sekolah, bergotong royong sesame warga sekolah, terbangunnya budaya literasi dengan penyediaan pojok baca di setiap ruang yang strategis baik di ruang kelas, dll. Selanjutnya budaya 3S yang senantiasa diterapkan oleh seluruh stake holders dan warga sekolah yang memberikan suasana nyaman yang mendukung proses kegiatan yang positif di sekolah. Budaya 4M (Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan) juga senantiasa diterapkan selama masa pandemi.

Beberapa alasan penerapan aksi nyata sebagaimana diuraikan di atas yakni mengingat bahwa berbagai macam budaya positif di sekolah yang saat ini sepertinya kurang diimplementasikan dalam proses interaksi di sekolah, sehingga mendorong penulis untuk kemudian menyusun kembali rumusan budaya-budaya positif yang tentu relevan dengan kearifan lokal dan kebiasaan yang ada di sekolah dengan tujuan menciptakan iklim dan suasana belajara yang nyaman, lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dan terbangunnya hubungan yang baik diantara warga sekolah.

 

3. Hasil dari Aksi nyata yang dilakukan

Adapun tolok ukur keberhasilan dari aksi nyata yang dilaksanakan ini yakni peserta didik dan seluruh warga sekolah bisa menerapkan budaya positif yang dicapai melalui kesepakatan kelas secara konsisten dan berkelanjutan dan terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan yang berpihak pada murid sebagai salah satu hasil positif yang diperoleh dalam pelaksanaan aksi nyata tersebut.

 

4. Pembelajaran yang didapat

Dari pelaksanaan kegiatan ini penulis mendapatkan banyak pembelajaran diantaranya;

a. Kegagalan; beberapa tahapan pelaksanaan dalam rancangan aksi nyata tidak bisa dijalankan sesuai dengan rencana yang sudah disusun dikarenakan beberapa kendala khususnya masih berlangsungnya pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimasa pandemi yang membuat kurang terbangunnya komunikasi antar warga sekolah khususnya peserta didik sebagai sasaran program.  

b. Keberhasilan; beberapa hal yang dilakukan sudah sesuai dengan rancangan aksi nyata dengan tolok ukur terlaksananya budaya positif yang bisa diimplementasikan dalam kegiatan warga sekolah.

c. Hal yang tidak sesuai dengan rancangan aksi nyata; hal-hal yang belum sesuai dengan rancangan aksi nyata disebabkan oleh waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan akhir tahun pelajaran dan dimulainya tahun pelajaran baru dimana banyak kegiatan lain yang juga harus dilaksanakan di sekolah diantaranya penilaian akhir tahun dan penerimaan peserta didik baru.

 

5. Rencana perbaikan (RTL)

Dalam rangka perbaikan pelaksanaan aksi nyata ini, perlu dilakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan, dengan menganalisa kegagalan dan kekurangan serta hal positif apa yang sudah dilakukan dalam penerapannya. Selanjutnya menyusun rencana perbaikan dan rencana tindak lanjut dalam rangka meminimalisir kekurangan dalam rancangan aksi nyata sebagai upaya mewujudkan implementasi budaya positif di sekolah dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan berpihak pada peserta didik dalam lingkungan belajar yang positif sesuai visi sekolah impian.

6. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan Kegiatan








read more

@ll pictures

Favourite_Song


post comment

Kembali lagi ke atas